Sabtu, 13 Maret 2010

artikel

Qudrat Iradat Di Balik Penantian Bis Kota
Written by MJ Admin
Sunday, 27 December 2009

Sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Ulama` Ahlusunah wal jam`ah (Asya'iroh dan Maturidiyah), manusia yang diberikan oleh Allah berupa Qudrat(kemampuan) dan Iradah(keinginan) untuk digunakan dalam hidupnya. Namun sebagai al Mulk(Penguasa) keseluruhan Alam, Allah tetap memiliki Qudrat dan Iradah tertinggi, dan itu merupakan kemutlakan bagiNya. Dengan Usaha yang besar dan perencanaan yang matang kita seringkali mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun sebaliknya,


tidaklah heran jika dalam kehidupan kita yang sementara ini terkadang apa yang kita rencanakan dengan baikpun tidak kita dapatkan sedikitpun.

Beberapa hari yang lalu misalnya. Penulis dan seorang teman(sebut saja Iwan) pada pukul 09:05 CLT. berangkat ke Halte Bis yang tidak jauh dari apartemen dimana kami tinggal selama menjadi Mahasiswa di Kairo. kami sengaja berangkat ke halte bis pada saat itu, dikarena sejauh yang kami ketahui, bis akan melintas pada pukul 09:15 yaitu 10 menit sebelumnya. Namun sayang, pada waktu yang kami nanti, bis kebanggaan Mahasiwa Kairo itupun tak kunjung datang.

Penantianpun tetap kami lakukan hingga waktu menunjukan 09:30, karena rencanya harit itu kami akan menanyakan kabar Minhah(Beasiswa) yang diumumkan beberapa waktu lalu dikampus. Sejurus kemudian, dijalur yang berlawanan kami melihat Bis bernomer 80 melintas dari arah kampus menuju terminal induk yang jaraknya sekitar 5 KM dari kami berdiri saat itu. "wah bis yang ditunggu baru mau masuk keterminal induk, bakal tambah lama nih nunggunya- Capeek Dehh" celetuk iwan, yang sedari tadi mukanya tambah kering oleh sinar matahari.

Namun beberapa menit kemudian, dari arah yang sama pula, bis dengan bernomer 65 kuning yang juga akan mengantarkan kedaerah kampus melintas munuju terminal induk. Dan selang beberapa waktu kemudian, tanpa kami duga bis dengan nomer yang sama yaitu 80 juga melintas menuju terminal induk. Begitu seterusnya, dalam waktu berkala dan singkat kami melihat bagaimana dua jenis bis yang kami nanti sedari tadi kami tunggu bergantian melintas menuju terminal induk. "ya elah, pantesan dari tadi ga nongol-nongol bisnya, ternyata mereka pada ngopi bareng dulu dijalan...."celetuk ala iwan pun kembali muncul.

Dari situ akhirnya kami mengambi suatu kesimpulan, bahwa kurang lebih 10 menit lagi bis-bis itu pasti akan melintas diterminal ini dengan berurutan dengan sekala waktu yang cukup pendek. Dan akhirnyakami mengambil satu keputusan, bahwa jika nanti salah satu bis yang kami tunggu datang, maka kami tidak akan ikut bersamanya, karena kami yakin bahwa bis itu pasti akan penuh sesak dengan mahasiswa lain. Dan kami berniat untuk naik bis berikutnya yang bisa kami prediksikan tak akan lagi, bedesak-desakan apalagi bergaluntangan.

Seperti yang kami prediksikan, bis nomer 80 dengan muatan manusia yang berjejal-jejal dan bergelantungan pun akhirnya sampai juga di halte dimana kami berdiri saat itu. Kami berdua hanya menyaksikan bagaimana, teman-teman mahasiswa lain yang sedari tadi sudah lelah menunggu bersama kami, berlarian dan berebut masuk kedalam bis yang sejurus kemudian meninggalkan kami.

Dan akhirnya, Seperti yang kami prediksikan, bis yang berada dibelakang bis bernomer 80 akhirnya terlihat dari kejauhan. Dan benar, bis yang datang saat itu adalah bis yang kami maksud dan didepan tertulis angka besar 65. Namun kenapa huruf 65 nya tidak beralaskan warna kuning?. Ini adalah kejanggalan kecil yang yang mengakibatkan masalah besar bagi kami berdua. Disaat itu juga Lemah, letih, lesu dan menyesal tampak dimuka kami. Bagaimana tidak, setelah kami mengorbankan sedikit waktu agar kami bisa duduk manis dan tenang saat dalam perjalanan ke kuliah, justru membuat kami harus meluangkan waktu lebih banyak lagi untuk menunggu bis dengan nomer 80 atau 65 kuning selanjutnya.

walaupun bis yang kami nantikan akhirnya datang dengan penumpang yang alhamdulillah sepi, namun itu tidak membuat kami lega apalagi bahagia, karena akhirnya kami baru sampai di kuliah menjelang adzan dhuhur dan kantor urusan perkuliahanpun tutup sehingga kami harus kembali ketempat itu esok hari.

Contoh diatas adalah sebuah masa lalu yang tidak bisa saya lupakan begitu saja. Masa lalu sendiri yang merupakan sebuah sejarah (yesterday is hystory) wajib hukumnya untuk kita pelajari dan ambil hikmahnya. Kewajiban untuk mengambil ilmu itu bukan kepada saya saja, namun kita semua. Dan salah satu ilmu yang bisa kita ambil adalah bagaimana kejadian yang menimpa saya tadi dikorelasikan dengan apa yang penulis sampaikan diawal tadi.

Pertama: Allah memberikan Qudrat(kemampuan) dan Iradat(keinginan) kepada penulis dan temannya si Iwan untuk berencana dan berusaha datang ke halte bis 10 menit sebelum bis biasanya melalui halte itu agar kami tidak menunggu terlalu lama. Namun ketika Allah berkehendak lain dengan Iradah dan QudratNya maka penulis dan temannya pun akhirnya harus menuggu lebih lama dari yang diinginkan sebelumnya.

Kedua: Setelah membaca kondisi saat itu, akhirnya penulis dan Iwan memutuskan untuk tidak ikut bersama bis yang lewat pertama kali dan berniat untuk ikut bis berikutnya saja. Namun, ketika Allah dengan Qudrat dan IradahNya merubah keadaan yang sebaliknya dengan memberikan Qudrat dan Iradah kepada Sopir dan Asistennya merubah nomer bis untuk merubah jalur yang akan dilaluinya, maka penulis dan temannya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali sebuah penyesalan. Apalagi penulis dan temannya akhirnya harus menuggu bis lebih lama lagi dan berujung dengan keterlambatan mereka datang ke kampus.

Kejadian semacam ini, merupakan sebuah Dalil(bukti) bahwa Allah telah memberikan Qudrat dan Iradahnya kepada manusia untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Namun perlu diingat bahwa Allah adalah Al-Mulk yang mempunyai alam araya ini "La Haula wala Quwwata Illa Billah". Setelah Allah memberikan semua itu, tidak semata-mata Allah membiarkan makhluknya melakukan apa saja yang mereka mau. Qudrat dan Iradah yang diberikan oleh Allah kepada kita hanya sekelumit dari Qudrat yang IradahNya.

Selain itu, dilarangnya sifat lemah, putus asa dan malas juga menjadi pelajaran yang bisa kita ambil. Apa yang bisa kita lakukan sekarang jangan sampai kita tunda, apalagi kalau itu sebuah kewajiban. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti(tomorrow is history). Coba banyangkan bagaimana menyesalnya penulis dan si Iwan ketika akhirnya dia terlambat datang ke kuliah hanya karena malas berdiri dan bergelantungan didalam bis. Tentunya penulis dan si Iwan tidak menginginkan hal ini terjadi kembali. Dan Allah mengingatkan kami akan semua ini melalui Bis Angkutan kota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar