Selasa, 13 April 2010

Segera Terbit

Segera Terbit

cover final

Penerbit Etera Imania bekerja sama dengan Media Mulia segera meluncurkan buku berjudul “Bung Karno, The Other Stories, Serpihan Sejarah yang Tercecer”. Buku itu adalah jawaban atas saran dan permintaan pengunjung blog yang budiman, yang menghendaki agar konten blog ini dibukukan.

Buku seri pertama itu, berisi sedikitnya 30 judul pilihan. Agar menjadi lebih “layak”, penulis menambahkan sejumlah data dan narasi pada keseluruhan materi buku. Selain itu, buku ini juga berisi kata pengantar dari Dr Cornelis Lay, akademisi UGM Yogyakarta, yang pernah tercatat sebagai penasihat Presiden Megawati Soekarnoputri.

Selain pengantar “Conny”, tiga tokoh nasionalis ikut meng-endorse buku ini. Mereka adalah Abdul Madjid (mantan Sekjen PNI), Moch. Achadi (mantan Mentranskop Kabinet Dwikora), dan H. Amin Aryoso, SH (tokoh nasionalis Indonesia).

Buku ini rencana terbit akhir Oktober 2009. Event launching direncanakan awal November 2009. Mohon doa restu dan sambutan hangat Anda semua. (roso daras)
Diterbitkan di:

* Pustaka

on 9 Oktober 2009 at 10:36 Komentar (34)
Tags: buku roso daras, etera imania, media mulia
Pelajaran Cinta dari Bilqis
Minggu, 11 April 2010 | 14:04 WIB
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Bilqis Anindya Passa digendong ibunya.
TERKAIT:

* Jalan Kaki, Ratusan Orang Antar Bilqis
* Ratu Terus Berdoa untuk Bilqis...
* Mari Terus Berbagi Hati untuk "Bilqis" Lain
* Pelayat Masih Penuhi Rumah Duka Bilqis
* Pagi Ini Bilqis Dimakamkan di TPU Sentiong

JAKARTA, KOMPAS.com — Bilqis Anindya Passa tidak pernah memilih untuk dilahirkan dengan atau tanpa atresia billier. Namun, toh, ia ditakdirkan hidup sekejap untuk berdampingan dengan penyakit kelainan hati itu. Selama 19 bulan menyongsong dunia, Bilqis tak bisa menikmati hidup layaknya anak balita seusianya.

Putri pasangan Dewi Farida dan Donny Ardianta Passa itu menderita penyakit yang timbul akibat rusaknya saluran empedu di luar hati sehingga tidak ada aliran empedu dari hati ke dalam usus 12 jari yang normalnya terjadi. Kelainan itu membuat hati Bilqis rusak. Untuk mengatasinya, Bilqis harus menjalani transplantasi hati.

Kehadiran Bilqis telah memberi pelajaran tentang cinta sekaligus pengorbanan kepada seluruh masyarakat di Tanah Air. Pemberitaan tentangnya telah sekejap menggugah hati nurani penderma untuk berpaling dari isu-isu pertikaian politik.

Balita 19 bulan itu mampu menyedot perhatian hampir seluruh masyarakat di Tanah Air. Ketegarannya menghadapi penyakit menggugah hati para dermawan di Tanah Air. Melalui penggalangan dana Koin Cinta Bilqis, dana lebih dari Rp1,1 miliar berhasil dikumpulkan.

"Luar biasa", Bilqis adalah anak yang hebat. Dia bisa mengumpulkan banyak uang melalui Koin Cinta Bilqis. Kami tidak menyangka anak ini dilahirkan untuk mendapat perhatian banyak orang seperti ini," kata ayah Bilqis, Donny.

Semula dana sebanyak itu akan digunakan untuk operasi cangkok hati demi impian sembuh bagi Bilqis. Meski awalnya seluruh rangkaian operasi transplantasi hati tersebut memerlukan biaya yang tinggi, toh bantuan dermawan terus saja mengalir.

Secercah harapan memang sempat timbul, tetapi kembali tenggelam saat paru-paru Bilqis terserang bakteri ganas dan mematikan. Bayi yang lahir 20 Agustus 2008 itu pada akhirnya harus menyerah pada atresia billier yang telah menyertainya sejak lahir.

Bilqis Anindya Passa meninggal pada 10 April 2010 pukul 15.15 di RS Karyadi, Semarang, Jawa Tengah, akibat gagal napas dalam proses yang harus ia jalani sebelum operasi cangkok hati.

Inspirasi

Bilqis adalah inspirasi bagi banyak orang. Ngabdu Salam (33) dan Ani Purwaningsih adalah dua di antaranya. Pasangan suami istri itu memiliki bayi bernama Abdullah Ichsanul Fikri yang serupa nasibnya dengan Bilqis.

"Fikri juga akhirnya meninggal pada 20 Februari 2010 karena atresia billier," kata Ngabdu yang ditemui setelah pemakaman Bilqis di TPU Kawi-kawi, Jakarta Pusat. Fikri, nama panggilan Abdullah Ichsanul Fikri, meninggal dunia saat masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Berkat Bilqis, kata dia, keluarganya memiliki harapan melalui pengumpulan koin cinta untuk pengobatan Fikri meski pada akhirnya anaknya meninggal akibat pembuluh darah yang pecah pada 20 Februari 2010. "Bilqis telah memberikan pelajaran kepada kita untuk beramal dan membuka ladang bagi para donatur di seluruh Indonesia," katanya.

Fikri sendiri melalui upaya penggalangan dana koin cinta mampu mengumpulkan dana Rp 38 juta dalam waktu dua pekan. Baik Fikri maupun Bilqis, baginya telah memberikan pelajaran yang sangat berharga. Keduanya adalah amanah cinta dari Tuhan yang harus dimaknai kehadirannya meski sesaat. "Saya sudah menunggu dia (Fikri) lahir selama delapan tahun usia pernikahan kami," katanya.

Namun, kehadiran Fikri ditetapkan hanya sesaat, tak sampai dua tahun amanah itu kembali "pergi". "Banyak sekali hikmahnya, bahkan ada donatur yang akan memberangkatkan saya dan istri untuk umrah," katanya.

Bilqis dan Fikri dengan kelainan atresia bilier tidaklah sendirian. Data dua tahun di RSCM menunjukkan, ada 164 bayi dengan kelainan hati yang disebut kolestasis, 23 persen di antaranya adalah atresia bilier. Karena itulah, baik keluarga Bilqis maupun Fikri akan terus berjuang.

"Ada banyak bilqis-bilqis lain yang memerlukan perhatian kita. Keluarga kami telah sepakat untuk mendirikan yayasan yang khusus menangani penderita atresia bilier," kata koordinator Koin Cinta Bilqis, Fahrur Djenar.

Fahrur yang juga paman Bilqis itu bersama semua keluarga menyatakan tidak akan berhenti berjuang bagi bilqis-bilqis yang lain di Indonesia sebab terlampau mudah untuk mengeja kata sayang untuk Bilqis. Selamat jalan Bilqis, selamat jalan Fikri.

Bilqis Meninggal karena Diserang 3 Bakteri Ganas

detikcom - Minggu, 11 April

Meski sudah dirawat intensif dan menjalani serangkaian pemeriksaan untuk persiapan operasi cangkok hati, Bilqis Anindya Passa, akhirnya meninggal dunia. Menurut tim medis, Bilqis terkena serangan tiga bakteri ganas yang menjadi penyebab kematian balita pengidap Arteresia Billier ini.

"Bakteri itu menyerang paru-paru dan darah," kata tim cangkok hati dokter AG Soemantri di RS Kariadi Semarang, Jl Dr Sutomo, Sabtu (10/4/2010) petang.

Soemantri menyebutkan ketiga bakteri ganas itu adalah acenobacter bowmani , klebsiela pnemonia di paru-paru dan seratia marcescens di darah.

"Bakteri ini mengakibatkan daya tahan menurun, sesak napas, dan denyut jantung melemah," paparnya.

Soemantri yang dikenal sebagai penggagas cangkok hati ini menambahkan, bakteri itu biasa menyerang pada penderita atresia billier. "Hampir 40 persen penderita, mengalaminya," jelasnya.

Serangan bakteri itu, lanjut Soemantri, yang membuat tim medis belum melakukan operasi cangkok hati. "Memang butuh waktu lama untuk persiapan," tambahnya.

Tim medis telah mengerahkan ahli dari berbagai bidang, mulai dari mikrobilogi, anastesi, laboratorium, hingga mikroskopis. Namun, kondisi Bilqis tak membaik dan akhirnya meninggal.

Bilqis berada di RS Kariadi selama hampir 2 bulan. Kondisi kesehatannya naik turun. Beberapa kali putri pasangan Doni Ardianta Passa dan Dewi Farida ini keluar masuk instalasi gawat darurat atau PICU.